Kecermatan Pengukuran
Bila peneliti sudah mulai mengukur gejala yang ditelitinya, ia berhadapan dengan persoalan realiabilitas dan validitas alat ukur yang dipergunakannya. Dalam penelitian ilmiah, kedua syarat alat ukur ini sangat penting. Tanpa keduanya, penelitian tidak lagi bersifat ilmiah.
*. Reliabilitas mempunyai arti memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama ( forcese dan richer, 1973: 71) jadi relibilitas mengandung makna stabilitas (tidak berubah-ubah), konsisten (ajeg), dan dependabilitas (dapat diandalkan). Ada tiga cara menentukan reliabilitas: (1) antaruji, (2) antarbutir, (3) dan antarpenilai. Cara (1) menguji reliabilitas ialah membandingkan beberapa hasil pengukuran dari populasi yang sama pada waktu yang berbeda atau oleh peneliti yang berlainan. Perbandingan itu dihitung untuk mencari angka korelasinya. Bila perbedaan itu hanya secara kebetulan saja, pengukuran memiliki korelasi yang signifikan. Pada cara (2) alatukur yang terdiri dari sekian butir tes dibagi dua, ini disebut metode belah dua (split-half-procedure). Pada cara (3) responden yang sama diukur, diuji, dan diamati oleh beberapa orang penguji. Skor yang diberikan oleh setiap penguji kemudian dikorelasikan. Reliabilitas antar penilai biasanya diyatakan dengan angka kesepakatan di antara penilai.
*. Validitas mempunyai arti kesucian alat ukur dengan apa yang hendak kita ukur. Validitas itu sendiri ada (3) macam:
@. Validitas isi (content Validity ) menunjukkan bahwa pokok-pokok pada alat ukur mewakili sifat yang kita ukur
@. Validitas prediktif ( predictive validity) disebut juga validitas-sehubungan-dengan-kreteria ( criterion-related-validity )
@. Validitas konstruk, menujukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur konstruk teoritis yang tertentu ( yakni, suatu keadaan yang di hipotesiskan mempunyai hubungan sebab-akibat)
Bila peneliti sudah mulai mengukur gejala yang ditelitinya, ia berhadapan dengan persoalan realiabilitas dan validitas alat ukur yang dipergunakannya. Dalam penelitian ilmiah, kedua syarat alat ukur ini sangat penting. Tanpa keduanya, penelitian tidak lagi bersifat ilmiah.
*. Reliabilitas mempunyai arti memiliki sifat dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau oleh peneliti yang lain tetap memberikan hasil yang sama ( forcese dan richer, 1973: 71) jadi relibilitas mengandung makna stabilitas (tidak berubah-ubah), konsisten (ajeg), dan dependabilitas (dapat diandalkan). Ada tiga cara menentukan reliabilitas: (1) antaruji, (2) antarbutir, (3) dan antarpenilai. Cara (1) menguji reliabilitas ialah membandingkan beberapa hasil pengukuran dari populasi yang sama pada waktu yang berbeda atau oleh peneliti yang berlainan. Perbandingan itu dihitung untuk mencari angka korelasinya. Bila perbedaan itu hanya secara kebetulan saja, pengukuran memiliki korelasi yang signifikan. Pada cara (2) alatukur yang terdiri dari sekian butir tes dibagi dua, ini disebut metode belah dua (split-half-procedure). Pada cara (3) responden yang sama diukur, diuji, dan diamati oleh beberapa orang penguji. Skor yang diberikan oleh setiap penguji kemudian dikorelasikan. Reliabilitas antar penilai biasanya diyatakan dengan angka kesepakatan di antara penilai.
*. Validitas mempunyai arti kesucian alat ukur dengan apa yang hendak kita ukur. Validitas itu sendiri ada (3) macam:
@. Validitas isi (content Validity ) menunjukkan bahwa pokok-pokok pada alat ukur mewakili sifat yang kita ukur
@. Validitas prediktif ( predictive validity) disebut juga validitas-sehubungan-dengan-kreteria ( criterion-related-validity )
@. Validitas konstruk, menujukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur konstruk teoritis yang tertentu ( yakni, suatu keadaan yang di hipotesiskan mempunyai hubungan sebab-akibat)
No comments:
Post a Comment